Saya mendapatkan teknik hebat ini dari seminar properti yang sangat-sangat mihil harganya. Guru properti saya tersebut adalah Master Properti terbaik dari Amerika Serikat. Akan saya bagikan salah satu ilmunya. Untuk Anda ....
Saya akan bagikan salah satu contoh skenario hebat yang dapat Anda tiru.
Begini nih skenarionya ....
Ceritanya, Si Abah Haji Sholihin hendak menjual tanahnya yang luasnya 2 hektar. Tanah tersebut sangat prospek untuk dibikin pabrik. Mengetahui peluang tersebut, Si Salbut mempunyai keinginan untuk membelinya. Kendati ia tak memiliki uang, sepeser pun.
Mari, kita ikuti skenario hebatnya ....
<Mudah-mudahan, kalau menarik, ini bisa dipelem-kan. Hehe ....>
Salbut : “Bah, Abah .... Tanah Abah dijual?”
Abah Sholihin : “Yap, betul.”
Salbut : “Perkenalkan, Bah. Nama ane Salbut. Kalau ane
beli, minta berapa Bah?”
(Dengan bergaya seperti Pierce Brosnan ketika
sedang mengangkat bedil. Guaya puol.
Padahal dompetnya teriak-teriak gelondangan).
Abah Sholihin : “Itu tanahnya dua hektar. Pinggir jalan besar.
Prospek kalau dibikin pabrik atau pertokoan.
Saya jual 3 MILYAR!! TANPA NEGO!!!”
Salbut : (Tercenung. Otaknya menggelepar, megap-megap.
Hendak semaput, usai mendengar angka 3 milyar.
Dompetnya protes: “Buuut, sepeda motormu bulan
kemarin habis di-jabel debt collector. Istighfar,
buut ... buuut ....”)
Abah Sholihin : ..............
Salbut : ,,,,,,,,,,,,,,
Abah Sholihin : ????????
Salbut : “Apa maksudnya, Bah? Kok Abah mengeluarkan
tanda baca mirip celurit begitu?”
Singkat cerita, Salbut berpikir untuk memakai teknik lain yang super duper brilliant.
Salbut : “Bah, Abah punya anak berapa?”
NB: Menanyakan topik tentang jumlah anak adalah salah satu rahasia bahwa seseorang tersebut sedang menghadapi kebingungan tidak menemukan topik yang tepat dalam pembicaraan. Bisa juga, seseorang tersebut sedang grogi, dan lain sebagainya.
Abah Sholihin : “Anak saya cuman satu doang. Gadis. Cantik.
Pinter. Sarjana S-2. Tapi ... sampai sekarang belum
dapat jodoh. Entahlah, mungkin masih belum
dikasih sama Allah."
Salbut : “Apa syaratnya, Bah? Untuk bisa menjadi menantu Abah?”
Abah Sholihin : “Syaratnya gampang. Saya cuman butuh menantu
yang sholeh. Itu saja. Walaupun tidak punya
pekerjaan, yang penting sholeh.”
Salbut yang hanya lulusan SD, langsung sigap menjawab, seperti tentara yang baru kena cukur: “Perkenankan, Bah. Saya yang sholeh ini siap menjadi menantu Abah!!!” (Bergaya seperti Morgan – Smash ketika berakting ‘Freeze’ di akhir pertunjukan. Klap!!)
Abah Sholihin : “Pekerjaanmu apa sekarang?”
Salbut : “Saya belantik wedhus, Bah ....”
Abah Sholihin : “Oke. Urusan pekerjaan tak masalah. Yang penting
sholeh. Emangnya kamu sholeh?”
Salbut : “Sholeh, Bah.”
Abah Sholihin : “Bisa dijamin?”
Salbut : “Siap, Bah.”
Abah Sholihin : “Sumpah, benar-benar sholeh?”
Salbut : “Sumpah, Bah.”
Abah Sholihin : “Sumpah pocong?”
Salbut : “Sumpah pocong, Bah!!”
Abah Sholihin : “Sumpah Al Quran?”
Salbut : “Sumpah Al Quran, Bah!!” (mengangkat tangan
kanan tinggi-tinggi)
Abah Sholihin : “Oke .... Oke .... Kamu akan saya jadikan
menantu. Tapi dengan satu syarat ....”
Salbut : “Syarat apa, Bah?”
Dunia hening.
Abah Sholihin : “Kamu akan saya jadikan menantu saya, dengan
satu syarat, kamu harus mau ... jikalau saya beri
tanah yang dua hektar itu.”
Salbut : “Sepakat, Bah!!!”
Akhirnya, mereka saling bersalaman. Singkat cerita, salbut berhasil diterima menjadi menantu Abah Haji Sholihin. Dan salbut mendapatkan tanah dua hektar tersebut dengan tanpa modal duit, tanpa menipu, tanpa memainkan cashflow uang bank.
Demikian. Mudah-mudahan bermanfaat, dapat ditiru dan dipraktekkan oleh sebanyak-banyaknya kalangan.
Salam super. Hehehe ....
Jikalau engkau sedang murung, datang-datanglah ke negeri kami, negeri kedamaian ....
www.negerikedamaian.blogspot.com
www.negerikedamaian.blogspot.com