“Ada apa denganmu, Abdul?” tanyaku menyelidik.
“Waduh, Pak Dokter, aku terlunta-lunta. Merana bermasa-masa. Aku jatuh cinta tapi aku tak tahu bagaimana cara selanjutnya …,” tandasnya penuh iba. Perlu diketahui, seluruh kawanku di fakultas memanggilku dengan sebutan: Pak Dokter. Aku tak seberapa tahu, bagaimana sebab-musabab nama panggilan nyentrik macam begitu.
“Terus, apa maumu?” tanyaku lagi.
“Huh, ternyata cinta itu semrawut. Aku bingung dengan persoalan cinta. Pingin rasanya aku semaput,” selorohnya konyol.
“Lha terus, apa sih masalah yang menimpamu sebenarnya …,” selidikku sekali lagi karena tak seberapa mengerti.
“Aku suka pada seorang gadis, tapi aku tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya,” demikian statement-nya, sebuah problema yang sangat sepele dan sederhana. Aku tak seberapa kaget. “Kau tahu, kalau aku sedang jatuh cinta, hatiku serasa seperti digedruk-gedruk oleh tukang batu yang mengamuk. Druk! Druk! Druk! Duarr!! Jeduerrrrr!!!! Begitu …,” lanjutnya.
“Katakan saja langsung, via SMS,” jawabku tegas.
“Wah?!! Norak itu!!” tanggapnya kecewa.
“Katakan saja dengan surat ….”
“Weleh, kurang atraktif. Tak menarik.”
“Katakan dengan bunga ….”
“Waduh, aku tak bisa main-main bawa kembang-kembangan macam begituan.”
“Lha terus, apa susahnya Dul? Kamu ini anak orang kaya, amat tak rumit buat nembak seorang anak gadis,” gerutuku capek.
“Bukan begitu masalahnya, Pak Dokter. Aku ini dilanda ketakutan. Takut kalau-kalau sampai nanti aku nembak lalu ditolak.”
Waks!!! Takut ditolak!! Itulah problema yang pada umumnya menjangkiti para kaum lelaki. Bahkan problema ini konon telah menjadi endemik. Bisa dibayangkan, saat Anda jatuh cinta pada seseorang, lalu Anda secara lebay-lebay berani menembaknya. Kalaupun perlu, segala senjata Anda kerahkan habis-habisan untuk main aksi tembak-tembakan tersebut. Mulai dari pistol Trigger Revolver, hingga senapan caliber 44 yang ampuh. Tapi ah ternyata, tiba-tiba Anda limbung dengan kalimat jawaban dari dia: “Maaf ya, aku tak bisa. Lebih baik kita jadi teman dekat saja ya.” Ohooo!! Hati Anda pasti hancur bukan main. Berkeping-keping tak beraturan. Bumi seperti runtuh dan gempa bertahun-tahun. Kalut. Gagu. Wajah lebam kemerah-merahan. Mau dibasuh ke mana muka Anda itu? Anda pasti merasa seperti orang terbodoh se-jagat raya. Seakan menyesal seumur-umur.
“Itu saja masalahku. Aku takut ditolak …,” ujar Abdul sekali lagi. Ia meminta solusi ampuh dariku.
“Yee … kalau itu sih, gampang cara mengatasinya. Ada resepnya,” jawabku yakin.
“Ayo, Pak Dokter! Tunjukkan padaku, bagaimana resepnya!”
“Resepnya mahal!”
“Tak apa. Akan kubeli. Kalaupun perlu, handphone baruku bisa kau ambil sekarang. Ayo, Pak Dokter! Berikan resep ampuhmu. Biar aku bisa menjadi lelaki pecinta sejati idola wanita segala wanita.”
“Aaaah … tak usah kau bayar pakai apa pun. Akan kuberikan gratis. Tapi dengan satu syarat,” Abdul mendekatkan matanya ke mataku, menyimak penuh perhatian, “janganlah kau beri tahu kepada siapa pun mengenai trik hebat ini. Karena trik hebat ini sangat dahsyat sekaligus berbahaya jikalau menyebar ke mana-mana.”
“Mengapa?”
“Kasihan para kaum wanita, nantinya. Berjanjilah untuk tidak diberitahukan kepada siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Kau tahu? Ini sangat rahasia,” pintaku berkali-kali.
“Baiklah, aku berjanji setia untuk tidak menyebarluaskan. Sekalipun kepada para semut,” janji Abdul. “Ayo, tunjukkan kepadaku, cepatlah Pak Dokter!!”
Akhirnya, aku memberitahukan juga kepadanya mengenai rahasia besar untuk mengatasi rasa ketakutan dalam menaklukkan hati para gadis.
“Begini kawan, kalau kau sedang jatuh cinta, katakan saja! Tembak saja! Berani saja! Tak usah takut! Lalu jikalau nanti ditolak, maka mudah saja. Katakan saja begini, ‘He .. he .. he …. Aku lho cuman guyon.’ Nah, justru dia yang malah bakalan malu. Sedangkan kita, akan tetap menjadi seorang lelaki yang berwibawa. Tanpa salah. Tanpa dosa.”
“Wuaaaaaah!!! Hebat sekali kamu, Pak Dokter. Pak Dokter memang top!!!!
SEBULAN KEMUDIAN
Abdul kembali menghampiriku. Ia tersenyum bangga. Berbunga-bunga. Senyumnya kali ini lebih mirip gerombolan pembegal bank.
“Hai, Pak Dokter!”
“Hai, Dul! Apa kabar?”
“Wuaaaaah …. Super dahsyaaaaattt!!! Aku telah berkali-kali iseng-isengan main tembak-tembakan dengan para gadis,” lantangnya konyol.
“Wuih, nekad sekali kamu …. Terus, hasilnya?”
“Berkali-kali juga aku ditolak. Tapi sungguh, itu tak masalah. Begitu aku ditolak, langsung aku balas ucapkan kepadanya, ‘He .. he .. he …. Sorry, aku lho guyon.’ Kontan saja, rata-rata para cewek yang menolakku langsung spontan malu. Serangan balasan yang menang telak. Hebat kan?”
Aku manggut-manggut seperti orang gila.
Ps: Mohon maaf kepada kawan-kawan pembaca, ini hanyalah sebuah konsep dari gagasan. Aku dapatkan dari sebuah aktivitas brainstroming. Mohon jangan dipraktekkan. Aku belum pernah mempraktekkan. Beribu-ribu maaf. He .. he .. he ..
Jikalau engkau sedang murung, datang-datanglah ke negeri kami, negeri kedamaian ....
www.negerikedamaian.tk
www.negerikedamaian.tk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar