Minggu, 26 April 2015

DI BALIK PENULISAN NOVEL JAMESBON MIRACLE

PERTAMA KALINYA saya mengangkat pena untuk menulis novel ini adalah saat saya menderita sakit neurotic akibat jatuhnya karir bisnis yang telah saya bangun lantaran ditipu oleh rekan bisnis saya. Saya dilanda depresi hebat, murung, tidak percaya diri, dan serba ketakutan. Saya menjelma menjadi pribadi yang terpuruk dan tidak mengerti pada diri-sendiri, macam beginilah jiwa seorang pemuda dari desa berusia 22 tahun kala itu yang tak berayah sejak kecil dengan mimpi-mimpinya yang meluap-luap namun akhirnya tumbang oleh problema yang sederhana.

Dalam keterpurukan itu, akhirnya saya mengasingkan diri ke sebuah desa tempat kelahiran saya dahulu. Selama berminggu-minggu saya mendatangi petirahan-petirahan dan belantara keindahan desa yang amat jauh dari penjamahan tangan-tangan moderenisasi, tempat terindah dari paradiso kelahiran ayah saya yang dulu mati lantaran prahara politik.

Tiba-tiba saya tenggelam dalam keromantisan imajinasi, terendam dalam samudera fantasi, dan di bawah siraman terik matahari terbit, saya melonjak-lonjak seraya berteriak-teriak dengan mekanisme yang tak saya mengerti. Bertemankan kawanan kecebong, ikan-ikan, bebatuan, dan rerumputan, saat itulah saya menemukan diri saya terhanyut dan meluncur bersama lautan kata-kata. Seiring bulir-bulir air mata yang mengalir lembut di pelupuk, saya mencoba mengobati kehausan saya untuk menulis.

Saya teringat akan novel Bumi Manusia, sebuah karya sastra yang menjadi timeless master piece dari seorang Pramoedya Ananta Toer. Novel tersebut ditulis tatkala Pramoedya berada dalam pembuangan politik nun jauh di Pulau Buru. Jiwanya amat tertekan, tertindas, dan menderita. Namun di dalam penjara itu, jiwanya terus bergelora, rasa keadilannya memberontak, dan sikap keadilannya tak tertahankan untuk menulis.

Meskipun perjuangannya untuk menulis merupakan perjuangan yang tak main-main lantaran kertas yang ia gunakan adalah kertas yang diselundupkan dari sahabatnya ke barak tahanannya. Pun, coretan-coretan di atas kertas itu lantas ia kirimkan ke luar penjara dengan mekanisme yang gelap pula. Sebagaimana Pramoedya, bolehlah dikatakan bila saya menyelesaikan novel ini saat mengalami penderitaan, rasa tertekan, jiwa terluka, dan kenyataan yang pahit.

Novel ini mungkin bisa saja disebut sebagai novel yang sarat akan petualangan dan perjuangan hidup yang bergelora, kredo yang meluap-luap, visi hidup yang attractive, nilai-nilai religius yang menyentuh, keajaiban pertolongan Tuhan, dan tentu saja, romantika cinta yang merona-rona. Saya juga banyak menulis tentang satire politik yang menghibur, anomali-anomali yang konyol, dan petualangan-petualangan absurd yang sangat menggugah. Di luar itu semua, dengan gaya realis yang diolah bersama nilai-nilai motivasi dan penuh metafora yang memikat, saya merangkum keseluruhan isi novel ini menjadi bentuk positioning berupa: sebuah kisah keajaiban cinta yang memesona & keajaiban hidup yang menggetarkan.

Dengan tanpa mengindahkan nilai-nilai ilmiah, saya menceritakan banyak keajaiban cinta dan keajaiban hidup yang serba tak terduga sekaligus very unexpected. Dengan penggunaan ungkapan kalimat dan idiom yang memikat sekaligus penuh jenaka, barangkali pembaca akan dibuat menangis haru dan tertawa-tawa.

Penulis mendesain novel ini menjadi beberapa bab. Setiap bab seakan menjadi satu cerpen menarik dan penuh hikayat romantika yang menghibur. Dari membaca bab sebelumnya, seorang pembaca pasti akan dirundung rasa cemas dan penasaran bila tidak membaca bab selanjutnya. Menurut catatan beberapa sahabat yang telah membaca, novel ini seakan buku peta harta karun yang setiap lembarnya mengundang rasa penasaran dan ingin tahu. Selain itu, penulis berusaha memberikan diferensiasi pada novel ini dengan novel lainnya adalah dengan menyertakan motivasi-motivasi yang shocking, hal itu semoga dapat memberikan kesegaran bagi para pembaca tanpa mengurangi prinsip dan jalan ceritanya.

Karya sastra ini saya tulis pada beberapa tahun yang lalu, sekitar tahun 2008, selesai selama kurang lebih 1,5 tahun. Merujuk pada beberapa pujian dari para penulis senior untuk novel ini, bolehlah bila dikatakan bahwa novel ini adalah sebuah motivational fiction (novel motivasi). Dan alhamdulillah, novel ini telah mendapatkan banyak sambutan dan pujian sukses dari beberapa tokoh nasional dan penulis senior, seperti: Helmy Yahya, Gola Gong, Jamil Azzaini, Ahmad Fuadi, dan lain sebagainya. Klik PUJIAN SUKSES JAMESBON MIRACLE untuk melihat kumpulan testimoninya.



Novel JAMESBON MIRACLE ini belum saya kirimkan ke penerbit. Barangkali karena kesibukan aktivitas bisnis saya, jadi belum sempat untuk saya urus ke penerbit. Di samping saya juga adalah penulis yang masih yunior, jadi bisa jadi akan mendapatkan penolakan-penolakan dari penerbit. Hehe .... Maka, saya mencoba membagikan novel ini kepada seluruh hadirin pembaca blog saya. Mudah-mudahan bisa memberikan kebahagiaan untuk semuanya.

Saya akan upload bab demi bab dari novel ini secara bertahap di blog ini. Jadi, diharapkan kesabarannya ya. Hehe ....

Selamat membaca ....

Berikut adalah link Novel Jamesbon Miracle:
NOVEL JAMESBON MIRACLE BAB 1




Jikalau engkau sedang murung, datang-datanglah ke negeri kami, negeri kedamaian ...


Tidak ada komentar:

Selamat datang di negeri kedamaian

Share ya ....

KLIK LIKE UNTUK MENDAPATKAN ARTIKEL MENARIK, GRATIS!!