Senin, 27 April 2015

NOVEL JAMESBON MIRACLE BAB 1 - SEBUAH PROLOG—CERITA DARI IBUKU

Miracle - 1
Sebuah Prolog—Cerita Dari Ibuku

“Jika Anda hanya melakukan hal-hal yang mudah, hidup ini akan menjadi sulit. Akan tetapi, jika Anda rela melakukan hal-hal yang sulit, hidup ini akan menjadi mudah.”

 — T. HARV EKER


SUATU HARI di bulan Oktober saat musim penghujan di era tahun 80-an, ayahku yang malang, beliau memuntahkan darah segar berliter-liter dari perutnya. Gemuruh masyarakat berduyun-duyun menyaksikan sebuah peristiwa besar keluarga kami ini sebagai buah akibat dari pergolakan politik yang amat kejam.

Ayah dinaikkan ke atas bak mobil pickup secara tergesa-gesa untuk dilarikan ke rumah sakit. Darah bersimbahan dan tercecer ke segala tempat. Seorang wanita muda berlari sembari meratap demi menghampiri ayah yang terpuruk. Wanita itu adalah ibuku. Ia yang jelita dengan roman mukanya yang cantik bak kuntum freesia, tiba-tiba pesonanya pudar oleh muka pias yang ia tampilkan. Air mata membanjiri kerudung, wajah, dan batinnya. Seluruh kerabat, kolega, dan para rekan simpatisan riuh rendah meratapi nasib ayah yang tak pernah diduga oleh siapa pun. Seluruh anak-anaknya, termasuk aku sebagai putra bungsunya dilarikan ke rumah paman agar tak melihat kisah petaka mahaduka orang tuanya ini.


Semua cerita ini aku dapatkan dari ibuku tatkala aku menjelang dewasa. Aku tak pernah berkesempatan melihat kisah memilukan ini secara langsung, karena pada masa itu aku hanyalah seorang anak kecil berusia dua tahun yang pekerjaannya hanya gemar tertawa dan menangis meminta susu.


Sejak peristiwa bergejolak itu, kehidupan keluarga kami bak rakit kehilangan dayungnya. Prahara kemiskinan melanda kami bertahun-tahun. Ayahku tergolek tak berdaya selama tiga tahun di rumah sakit. Kami tak memiliki rumah atau pun benda-benda berharga, karena sedikit demi sedikit kami telah menjualnya secara murah. Kakakku yang sulung rela bekerja berpeluh-peluh menjadi buruh kasar demi sekolah adik-adiknya. Perjuangan hidupnya yang melarat ia buktikan dengan nekat berlari menempuh perjalanan sejauh tiga puluh kilometer demi ingin berangkat kuliah. Ia tak memiliki sepeda atau pun persediaan uang untuk naik angkutan umum.


Ketika untuk pertama kalinya mendengarkan cerita ini, aku tak dapat menyembunyikan sikap marahku kepada Tuhan. Sebagaimana aku pernah bertanya tentang mengapa Tuhan menurunkanku ke dunia ini, aku pun sempat berani bertanya, mengapa Tuhan tidak berbuat adil terhadap keluarga kami?


Aku tumbuh dalam situasi kemiskinan yang mengepung dan tak berbelas kasihan. Segala hal yang meliputi keluarga kami adalah perjuangan dalam melawan hantaman kemelaratan demi kehidupan yang lebih baik. Ketika aku akan bersekolah, ibuku rela berkeliling mencari pinjaman untuk pembelian beberapa helai kemeja dan celana seragamku. Demi membeli buku-buku sekolah, aku bersama kakak-kakak perempuanku pergi ke tepian pematang untuk tekun mengais sampah ceceran kedelai kotor yang tak seberapa nilai harganya.




Sebagai seorang anak kecil yang tumbuh bersama keluarga miskin, hampir aku tak pernah berpikir bahwa aku bisa bercita-cita tinggi dan dapat meraihnya, karena di usia yang aku belum bisa memaknai tentang arti kematian, ayahku berpulang.


“Ayah bekerja di tempat yang jauh …,” demikian kakak sulung kami kerap berkata.


Semenjak itu, hampir setiap pagi aku pergi ke tepian kali, menunggu ayahku datang. Aku selalu berharap besar pada batang-batang pisang yang hanyut, barangkali ayahku sedang terhanyut, sehingga aku bisa menyelamatkannya. Dan ternyata, ayahku tak pernah datang lagi.


Namun beberapa puluh tahun kemudian, cerita tentang ayahku yang malang itu sirna. Aku bangga menjadi orang miskin. Kemiskinan betul-betul telah mendidikku untuk survive dan membimbingku agar pantang mengibarkan kata-kata menyerah dalam setiap medan kehidupan yang curam sekalipun.


Tuhan memiliki kuasa besar dalam memberikan miracle kepada hamba-hambaNya yang mau berusaha dan tak pernah berputus asa. Aku percaya tentang miracle. Siapakah yang pernah menyangka bahwa anak yatim miskin dari desa ini ternyata kelak akan mewujudkan mimpi-mimpi dan harapan hidupnya? Semuanya akan aku ceritakan di sini. Di buku ini, sahabatku.


Pembaca budiman, sebenarnya aku tak pernah ingin bercerita tentang ini semua. Aku terlampau malu. Namun, berhubung demi Engkau semua, dengan senang hati aku akan menceritakan semuanya. Tentang ayahku yang malang, tentang petualanganku yang konyol, tolol dan dugal semacam tukang begal, serta tentang berbagai keajaiban. Yakni tentang kejaiban hidup yang menggetarkan, keajaiban keberanian yang menantang, keajaiban pertolongan Tuhan yang menakjubkan, dan tentunya juga, keajaiban cinta yang amat memesona ….


>>> LANJUT KE: NOVEL JAMESBON MIRACLE BAB 2

Notes:
Novel Jamesbon Miracle di-upload exclusive di blog ini secara berseri dan bertahap. Nantikan bab demi bab berikutnya. Mudah-mudahan menyenangkan bagi anda semua.



Jikalau engkau sedang murung, datang-datanglah ke negeri kami, negeri kedamaian ...

Tidak ada komentar:

Selamat datang di negeri kedamaian

Share ya ....

KLIK LIKE UNTUK MENDAPATKAN ARTIKEL MENARIK, GRATIS!!